Jumat, 03 April 2009

FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

1. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dapat didasarkan atas jasa-jasanya atau
atas tugas-tugasnya di dalam ilmu pengetahuan tersebut, yaitu:
a. Filsafat memberikan obyek pada semua ilmu pengetahuan sedangkan ilmu melakukan abstraksi. Ilmu bersifat memilih, maksudnya setiap ilmu memiliki obyek tersendiri. Sebagai contoh obyek ilmu fisika adalah benda dan ilmu paedagogik adalah adalah masalah pendidikan. Ilmu pengetahuan adalah bentuk usaha manusia untuk memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada. Filsafat yang membedakan mana yang benda dan mana yang pendidikan serta membedakan ilmu yang satu dengan lainnya, maka dikatakan bahwa filsafat memberi obyek pada ilmu pengetahuan.
b. Filsafat memberikan dasar kepada semua ilmu, yaitu (i) aksiomata sebagai dasar mutlak bagi semua ilmu pengetahuan, (ii) dasar umum, dan (iii) dasar khusus, yaitu dasar ilmu pengetahuan itu sendiri.
c. Filsafat memberikan sifat ilmu. Sesuatu dikatakan ilmu apabila mempunyai obyek tersendiri dan penyelidikannya harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh filsafat. Sedangkan sifat ilmu ada 2, yaitu (i) sifat formil, yaitu cara penyelidikan dengan melalui cara analisis (dibagi-bagi) dan kemudian dikumpulkan kembali (sintesa) dan (ii) sifat materil, yaitu menemukan sifat-sifat dari segala sesuatu dan menentukan sebab-sebabnya, juga menemukan hal-hal yang berulang dalam obyeknya. Dengan kata lain harus menjadi jawaban atas pertanyaan bagaimana, mengapa dan kemana.
d. Filsafat memberikan metode kepada ilmu pengetahuan yang dipergunakan dalam penyelidikannya. Metode itu berupa (i) metode induksi atau analitis, (ii) metode deduksi atau sintesis, dan (iii) metode kombinasi analitis-sintesis.
e. Filsafat memberikan tujuan kepada ilmu pengetahuan
f. Filsafat memberikan kebulatan dan kesatuan kepada ilmu pengetahuan. Ini berarti filsafat memberikan tempat, nilai, dan hubungan antara ilmu yang satu dengan lainnya.

2. Hubungan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Untuk dapat mengetahui hubungan antara filsafat, filsafat ilmu, ilmu pendidikan, sains, filsafat pendidikan, pendidikan sains, dan filsafat pendidikan sains, maka sebaiknya kita mengetahui pengertian masing-masing hal tersebut beserta peran dan perkembangannya dalam peradaban manusia. Dengan mengetahui pengertian sederhana dari masing-masing komponen dan memahami peran dan perkembangannya dalam kehidupan keilmuan kemanusiaan kita, maka kita dapat memilah benang merah dan dapat menarik hubungan antar komponen.

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, terdiri dari kata philos yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan, kearifan, atau pengetahuan. Dengan kata lain philosophia dapat diartikan sebagai cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan. Secara khas filsafat berarti upaya untuk mempertanyakan segala sesuatu yang terkait dengan fenomena alam dengan cara berpikir secara mendalam, amat mendasar atau radikal dan juga bersifat universal. Sebagai contoh dalam bidang fisika dipertanyakan “kenapa langit malam terlihat gelap?”
Filsafat ilmu dikenal sebagai cabang filsafat yang membahas hakekat ilmu, dengan menerapkan beragam metode dalam mencari akar persoalan dan menemukan azas realitas yang dipersoalkan oleh bidang ilmu tersebut untuk mendapat kejelasan yang lebih pasti (Poedjiadi, 2001). Sudah pasti penyelesaian masalah keilmuannya menjadi lebih lebih terarah. Konsekuensi dari sifatnya yang terarah tersebut menyebabkan suatu disiplin ilmu akan memiliki filsafat ilmunya sendiri, sebagai contoh filsafat pendidikan, filsafat sains, dan filsafat pendidikan sains.
Mari kita lihat tentang fenomena “Kenapa langit malam terlihat gelap?” Jawaban yang terbayang dalam benak kita adalah: Matahari hanya menyinari permukaan yang menghadapnya langsung, sedangkan yang membelakanginya akan gelap dan itu disebut malam. Namun, apakah benar demikian? Pertanyaan ini pada hakekatnya adalah pertanyaan mendasar filsafat untuk mencari kejelasan yang lebih pasti. Nah, ternyata langit malam yang gelap bukanlah fenomena sederhana seperti yang kita pikirkan. Banyak sekali hal-hal indah dan menarik di sekitar kita, yang seakan-akan sederhana namun proses di balik itu sungguh rumit dan mencengangkan. Tuhan memang Maha Besar.
Ilmu pendidikan merupakan ilmu terapan yang terutama melibatkan psikologi, sosiologi, dan berbagai bahan kajian dalam pengajaran (Poedjiadi, 2001). Dalam ilmu pendidikan antara lain dibahas tentang metode dan pendekatan. Sepertinya pertanyaan “kenapa malam gelap” adalah sebuah pertanyaan rutin tiap anak-anak, termasuk kita. Namun berdasarkan teori pendidikan akan ada perbedaan metode dan pendekatan dalam menjelaskan fenomena tersebut untuk anak-anak dan orang dewasa, terkait dengan psikologi dan sosiologi.
Pengertian sains dapat berarti pengetahuan ilmiah pada umumnya atau suatu ilmu yang mempelajari tentang alam saja. Sains dalam pengertian yang kedua berarti sekelompok pengetahuan tentang obyek atau fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dan menggunakan metode ilmiah. Pembagian sains menjadi beragam dalam disiplin-disiplinnya adalah sebagai upaya mengatasi keterbatasan kemampuan kita untuk mempelajari segala aspek yang terkait dengan fenomena alam secara mendalam.
Sebelum ilmu pendidikan berkembang tidak ada yang namanya eksplanasi paedagogik. Dalam perkembangannya kajian materi sains terkait dengan ilmu pendidikan, yang kemudian dikenal dengan pendidikan sains. Sebagai sebuah kajian, maka pendidikan sains dapat dikelompokkan pada ilmu-ilmu sosial. Filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan sains merupakan bagian dari filsafat ilmu. Teori pendidikan yang bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan didasari oleh filsafat pendidikan. Sedangkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan sains didasari oleh filsafat pendidikan sains.
Tiap-tiap ilmu timbul karena sesuatu kegunaan sesuai dengan alam pikiran manusia di masa itu, karena itu timbul hasrat untuk mengumpulkan segenap pengetahuan secara sistematis. Tetapi bila diperhatikan tabiat manusia sejak zaman purbakala, maka yakinlah kita bahwa ilmu pengetahuan alam itu lebih dahulu timbul daripada ilmu yang mempelajari pergaulan atau hubungan bermasyarakat (ilmu sosiologi). Sebagai ilmu alam yang pertama timbul adalah ilmu bintang dan ilmu ukur (matematika) yang menjadi alat berfikir. Tujuan sesuatu ilmu itu adalah untuk meramalkan sesuatu. Demikianlah timbul berangsur-angsur beberapa cabang ilmu pengetahuan alam seperti ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu tumbuhan, dan ilmu hewan.

3. Ilmu Pengetahuan dan Agama
Antara ilmu dan agama seringkali terjadi kesalahpahaman, yang dalam sejarah dunia barat terjadi dalam abad pertengahan. Tiap-tiap keterangan ilmu yang tidak sesuai dengan faham gereja dibatalkan oleh fihak gereja, lebih-lebih apabila keterangan itu melemahkan autoritanya dan karena itu mungkin menyesatkan orang yang sefaham dengan gereja.
Pertentangan itu mengingatkan kita pada teori Copernicus yang menyatakan bahwa bumi yang mengitari matahari dan bukan sebaliknya. Pendapat ini ditentang oleh kaum gereja yang berkuasa waktu itu, karena dianggap menyalahi ajaran dan pendapat pokok gereja yang menganggap bumi adalah pusat semesta alam, tempat yang terhormat dan tersuci dan merupakan tempat rahmat kebahagiaan manusia yang menguasai bumi tersebut dengan Paus sebagai penguasa agungnya. Bila bumi bukan lagi sebagai pusat alam alam semesta, tetapi hanya salah satu dari planet-planet biasa, maka berarti tempat kediaman manusia dan Paus menjadi tempat yang bukan tersuci dan terhormat lagi. Dari segi pandangan ini pendapat Copernicus membatalkan keyakinan orang beragama, dan karena itu ajaran tersebut harus dibatalkan dan dihapuskan.
Seteru tersebut membawa korban, Bruno ahli pikir Italia dibakar hidup-hidup karena mendukung teori Copernicus. Galileo juga diancam untuk dibakar jika tidak membatalkan ajaran tersebut di muka umum. Dari kejadian inilah kemudian muncul sikap apatis para ilmuwan bahwa agama menjadi halangan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Lalu timbul pula gejala bahwa ilmu tidak kenal batas dan mengira semua dapat diselesaikan dengan akal dan pikiran.
Pertentangan antara ilmu pengetahuan dan agama juga disebabkan oleh faham filsafat materialisme yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada, juga pikiran terdiri dari materi-materi dan gerakan-gerakan benda yang mengalami dekomposisi dan rekomposisi menurut hukum kausal. Filsafat ini tidak percaya adanya Tuhan, Jiwa dan Roh, sehingga memberikan sikap anti agama.
Imam Ghazali menyatakan bahwa walaupun ahli filsafat banyak macam dan ragamnya, tetapi dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Golongan Dahri (Tidak percaya adanya Tuhan). Menurut paham ini, alam semesta terjadi dengan sendirinya tanpa diciptakan oleh penciptanya. Mereka tidak mengakui adanya Tuhan.
2. Golongan Thabii’, yaitu golongan yang memusatkan diri pada penyelidikannya kepada alam, keajaiban hewan dan tumbuh-tumbuhan. Mereka percaya adanya Tuhan tapi tidak percaya adanya hari kiamat. Tidak ada ganjaran bari yang taat dan tidak ada hukuman bagi yang maksiat. Tenaga akal akan lenyap seiring dengan hancurnya tubuh kasar, dan tidak masuk akal yang telah lenyap itu akan tumbuh kembali. Kesimpulannya adalah bahwa roh itu akan mati dan tidak akan hidup kembali.
3. Golongan Ketuhanan. Mereka ini terkemudian dari golongan di atas.
Dalam hal ini ada kelainan keinsyafan antara ilmu pengetahuan dan agama, tetapi bukan pertentangan. Ilmu mengenai pengetahuan dan agama mengenai kepercayaan. Ilmu bermula dari sikap tidak percaya, sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya. Ilmu dan agama pada hakekatnya memiliki tujuan yang sama, yaitu keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Ilmu yang diamalkan dapat memperdalam keyakinan agama, begitu pula sebaliknya keyakinan beragama dapat memperkuat keyakinan ilmu dalam menuju cita-citanya. Kedua-duanya dapat dijadikan suluh oleh manusia dalam menempuh hidupnya. Banyak ahli-ahli ilmu yang termasyhur dan percaya benar-benar kepada Tuhan, seperti:
Isaac Newton. Ahli ilmu alam dan ahli ilmu pasti bangsa Inggris. Menyatakan pada peredaran planet-planet bersama pengiringnya menuju arahnya dengan kecepatan teratur, terletaklah suatu kenyataan atas adanya pimpinan dan bukti dari pekerjaan suatu sebab yang tidak buta dan tidak kebetulan saja, malahan semuanya itu menetapkan atas kemahirannya yang luar biasa tentang ilmu pesawat dan ilmu ukur.
Thomas Carlyle. Pengarang dan ahli essay dari Inggris. Pada setiap bintang-bintang, daun rumput, lebih-lebih pada setiap yang berjiwa, kebesaran Tuhan tetap bersinar.
Imam Ghazali. Filosof Islam termasyhur. Agama seperti obat, sedangkan ilmu seumpama makanan. Obat tidak dapat dipisahkan dari makanan, sebagaimana makanan tidak mungkin pula dipisahkan dari obat.
Jadi di zaman modern sekarang ini seharusnyalah antara ilmu dan agama bekerja sama untuk mencari kebenaran mutlak dan untuk kebahagiaan umat manusia.

LATAR BELAKANG SEJARAH SAINS

Dalam era sekarang ini, tiap-tiap bangsa menyadari sungguh-sungguh bagaimana pentingnya mengetahui sejarah kebangsaan, sejarah tanah air untuk dapat mengimbangi dan mengikuti persoalan-persoalan politik negaranya dan mengimbangi politik negara-negara lain di dunia. Istilah negarawan hanya layak diberikan kepada orang-orang besar tanah air yang sangat mengetahui sejarah perkembangan bangsa dan tanah airnya sendiri.
Begitu pula dengan sejarah pemikiran sains (IPA), penting untuk diketahui karena pengetahuan ini akan memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang kemajuan sains dewasa ini. Mungkin kejadian-kejadian tertentu di zaman mereka itu tidak mempunyai arti penting dipandang dari segi mereka sendiri, tetapi dari sudut historis merupakan sebagian dari kejadian-kejadian yang spektakuler yang telah mereka capai. Dengan demikian kita mendapat kesadaran yang lebih baik atas kebenaran pengetahuan manusia tentang sains modern sebagai perkemnbangan dari sains secara keseluruhan.
Selanjutnya dalam makalah ini akan dititikberatkan untuk membahas perkembangan dan pertumbuhan pemikiran manusia dalam filsafat dan sains. Sebagai contoh pemecahan atom yang merupakan kebanggaan dan merupakan ciri sebagai pengetahuan modern, adalah pemikiran yang bersumberkan hipotesis atom Demokritus yang telah diketahui sejak zaman purbakala. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan penting sekali diketahui klasifikasi ilmu pengetahuan atas bermacam-macam ilmu seperti Fisika, Kimia, Biologi dan lain-lain.
Sepanjang perjalanan sejarah, manusia telah mengembangkan hubungan antara dunia fisik, biologi, psikologi dan sosial serta memvalidasinya. Ide-ide tersebut telah memungkinkan terbentuknya generasi yang berhasil memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang manusia dan lingkungannya. Cara-cara yang digunakan untuk mengembangkan ide-ide tersebut adalah cara khusus seperti, meneliti, berpikir, melakukan eksperimen, dan membuat validasi. Cara-cara ini menggambarkan suatu aspek fundamental dari hakekat sains dan merefleksikan bagaimana sains cenderung berbeda dari jenis pengetahuan lainnya.
Sejarah pemikiran sains (IPA) memiliki karakteristik periode-periode yang dapat dibagi ke dalam 4 periode, di mana setiap periode mempunyai karakteristik tertentu. Pembagian tersebut didasarkan pada ada tidaknya perubahan paradigma dalam setiap periodenya. Periode pra-sains berlangsung cukup lama, yaitu sampai dengan tahun 1500. Periode ini ditandai adanya unsur mitologi, dimana validasi sains tidak diperlukan. Kemudian periode awal sains dimulai ketika Galileo memperkenalkan cara baru mengamati fenomena sains melalui kegiatan eksperimen. Periode ketiga dikenal dengan periode sains klasik, dimana pengamatan masih bersifat makroskopis. Dalam periode ketiga tidak terjadi perubahan paradigma. Berikutnya periode sains modern dengan sifat pengamatan sangat mikroskopis. Paradigma yang berkembang adalah paradigma atomic.

DESKRIPSI

Kajian ini merupakan perluasan dan pendalaman yang membekali pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan fisika. Diharapkan mampu memahami perkembangan fisika sebagai suatu disiplin ilmu dan masalah-masalah serta pikiran-pikiran yang melatarbelakanginya. Lingkup meliputi: Asal-usul perkembangan fisika yang tercatat sejarah, kajian pustaka tentang topik-topik yang menyangkut suatu aspek fisika atau sumbangan suatu masyarakat terhadap perkembangan fisika, dan memahami serta mengenal kehidupan ilmuwan dan tokoh penyumbang penting perkembangan fisika